Comeback Stronger

Minggu, 09 April 2017

BAHAGIAKU ADALAH BADMINTON

Part.1
Oleh : Amellia Js
Photo Credit : Weibo
(Cerita ini hanya fiksi, jika ada kesamaan nama dan tempat saya mohon maaf)

Sore ini jam kuliah sudah berakhir. Kubuka pintu kelas dengan semangat membara. Kakiku melangkah dengan cepatnya menuruni tangga. Senyum sumringah ku umbar pada setiap orang tanda bahagia. Jantungku berdebar tak beraturan. Darahku berdesir tak seperti biasanya. Hembusan nafas kian terengah-engah ketika aku sampai di tempat parkir kampus.
          “ Mau kemana lit kok buru-buru gitu?”. Azam mengagetkanku dari arah belakang.
          “ Aku mau ke Gor Amongrogo zan”. Jelasku singkat tak bertele-tele.
          “ Loh mau ngapain kesana?”. Rasa ingin tahu Azam memperlambatku.
      “ Ya adalah pokoknya. Duluan ya.” Aku langsung menjalankan motorku dengan kecepatan sedang.
          Hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai di Gor Amongrogo. Ku parkir motorku di tempat teduh dan kuberikan uang pada si tukang parkir. Aku mulai memutar arah pandang untuk mencari motor temanku. Sama sekali tak ada wujud motornya dan itu pertanda bahwa ia belum sampai. Ku ambil posel dari dalam saku dan mengirim pesan untuknya.
Kemudian aku memberanikan diri masuk ke dalam Gor dan langsung mengambil posisi duduk di tribun warna biru. Ya, ini adalah tournament bulutangkis internasional yang sedang diselenggarakan di Jogja. Aku menyukai bulutangkis sejak duduk di bangku SD. Kali ini adalah kesempatan bagiku untuk menyaksikan idolaku  tanding. Jika aku melewatkan kesempatan ini, maka entah kapan aku bisa bertemu idolaku lagi.
 Adzan Ashar berkumandang. Ku sempatkan waktuku untuk solat terlebih dahulu sembari menunggu temanku datang dan idolaku tanding. Saat aku mulai memakai mukenah, terasa ada seseorang yang juga masuk kedalam musholla. Aku membalikkan badan dan sontak terkejut melihat Bagas Maulana. Sosok idola yang selama ini aku idamkan sedang berdiri menatapku. Mulutku sempat ternganga karena terpesona pada atlet ganda putra andalan djarum kudus itu. Aku mulai menggerakkan mulutku untuk bersuara.
          “ Jama’ah ya.” Aku menahan girang dalam hati.
          “ Iya”. Ia tersenyum ramah padaku.
Setelah selesai solat,  Bagas bergegas keluar dan langsung menuju gor. Aku berpikir mungkin saat ini ia akan segera tanding. Ku rapikan jilbabku dan segera berlari ke dalam gor. Ternyata benar, Bagas telah memasuki arena pertandingan. Postur tubuhnya yang tinggi dan kurus sangat mudah ku kenali. Lawannya adalah Sang Min Lee/Sung Seung Na asal Korea yang prestasinya tak diragukan lagi.
Tiga menit sebelum pertandingan, temanku datang. Dengan sergap aku menarik tangan Wulan dan mengajaknya untuk bersorak menyemangati Bagas/Calvin. Bahagiaku sungguh tak bisa diungkapkan ketika melihat sang idola jatuh bangun di lapangan demi nama Indonesia. Jujur, aku sangat terpikat pada alur permainan Bagas/Calvin yang sering sekali memainkan adu drive.
“ Ayoooooo semangat Bagas/Calvin”. Aku berteriak sekuat tenaga.
“ Lit gak malu?”. Wulan mengernyitkan dahi .
“ Hahaha apasih yang enggak kalo buat Bagas mah”. Aku menjulurkan lidah.
“ Mulai deh gesreknya”. Wulan menatapku sinis.
          40 menit berlalu, Bagas/Calvin memenangkan pertandingan dengan straight game 21-15 21-14. Ku lontarkan segala pujian dan kekagumanku saat itu juga.
            “ Wuuu Good Job Bagas ”. Jeritku tanpa maluu
          “ Aduh berisik banget sih Lit, udah yuk pulang udah selesai juga kan”. Rengek wulan
            “ Bentar wul aku belum ngucapin secara langsung”.
         “ Dasar lebay, kaya kenal aja, udah ayuk pulang “. Tampak kekesalan di wajah Wulan.
            “ Iya deh iya”. Aku patuh.
        Langkah demi langkah kami meninggalkan tribun dan keluar secara rapi. Tiba-tiba pandanganku terbelesit ke arah stand jajanan. Aku melihat Bagas bersama temannya sedang membeli sebuah air mineral. Niat untuk menghampiri tak bisa ku sangkal lagi. Kakiku mulai berlainan arah dengan kaki wulan. Aku semakin dekat dengan Luthfi sampai aku mendengar sebuah percakapan.
          “ eh gas pas lu main tadi lu denger  ada cewek yang neriakin lu gak?”. Tanya seorang cowok yang sedang  berdiri di samping Bagas.
            “ denger kok, kenapa emangnya bro?”.
            “ kampungan banget dah”. Ujar cowok tersebut dengan asal
            “ hahaha iya emang.” Bagas pun sependapat.
           Dalam hati aku mengelak. Bagas tak mungkin seperti itu. Namun yang didengar oleh telingaku adalah benar. Sontak mataku berkaca-kaca dan bibirku bergeming lirih. Ah sebodoh inikah aku?
-Bersambung-

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

 

Subscribe to our Newsletter

Contact our Support

Email us: Support@templateism.com

Our Team Memebers