Comeback Stronger

Minggu, 09 April 2017

PSIKOLOGI ABNORMAL


A.    PENGERTIAN PSIKOLOGI ABNORMAL
1.      Menurut pendapat umum
  Psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang yang mengalaminya.[1]
Abnormal berarti tidak normal, menyimpang dari suatu standar yang bisa berarti di atas normal atau di bawah normal.
Perilaku abnormal (abnormal behavior) digunakan untuk menggambarkan tampilan kepribadian dalam (inner personality) atau perilaku luar (outer behavior) atau keduanya. Yang dimaksud dengan istilah ini adalah perilaku spesifik seperti fobia atau gangguan seperti skizofrenia. Demikian juga dengan masalah kronik atau yang berlangsung lama, seperti intoksikasi obat-obatan dengan simtom yang akut atau temporer.
Ulman (1980) mengusulkan definisi operasional mengenai tingkah laku abnormal sebagai jenis tingkah laku menyimpang (deviance) yang memerlukan perhatian profesional dari psikiater, psikolog atau tenaga profesional lain dalam bidang kesehatan jiwa.
Dalam definisi ini secara implisit terungkap bahwa jika seorang individu menunjukkan tingkah laku yang berbeda, tidak mengikuti aturan yang berlaku, tidak pantas, mengganggu dan tidak dapat dimengeti dengan kriteria yang biasa, maka tingkah laku tersebut dianggap abnormal.
2.      Menurut pendapat Islam  
      Abnormal adalah suatu perilaku menyimpang dari syariat-syariat islam yang dilakukan oleh seseorang  baik kepada diri sendiri, orang lain ataupun Tuhan.

                  B.     FAKTOR PENYEBAB PERILAKU ABNORMAL
1.      Faktor-faktor umum penyebab perilaku abnormal :
a.       Faktor Biologis
Dalam memahami penyebab perilaku abnormal, para ahli kesehatan mental dengan hati-hati mengevaluasi apa yang terjadi di tubuh seseorang yang dapat dihubungkan ke warisan genetis atau gangguan fungsi fisik. Penyebab biologi yang pertama warisan genetis, seorang anak laki-laki atau perempuan dari orang tua yang menderita depresi secara statistik memiliki kemungkinan mengalami depresi. Kedua, gangguan fungsi medis misalnya kelenjar tiroid dapat menyebabkan tentang kondisi mood dan emosi yang beragam. Ketiga, kerusakan otak yang disebabkan oleh trauma kepala meskipun ringan, dapat mengakibatkan perilaku aneh dan perubahan emosi yang intens. Keempat, paparan stimulus lingkungan seperti zat beracun atau zat penyebab alergi dapat menyebabkanseseorang mengalami perubahan emosi dan perilaku yang mengganggu.

b.      Faktor Psikologis  
Jika faktor biologi dapat memberikan semua jawaban, maka kita menganggap gangguan mental sebagai penyakit medis. Sesungguhnya, hal ini tidak hanya sekadar itu saja. Gangguan umumnya muncul sebagai akibat pengalaman hidup yang bermasalah. Gangguan-ganggun itu meliputi pengalaman traumatis, asosiasi yang dipelajari, persepsi yang terdestorsi, dan cara berpikir yang salah.

c.       Faktor Sosiokultural
Istilah sosiokultural mengacu pada berbagai lingkaran pengaruh sosial pada hidup kita misalnya teman, rekan kerja, keluarga, dan juga budaya. Abnormalitas dapat pula disebabkan oleh kejadin-kejdian pada salah satu konteks sosial tersebut. Penyebab sosiokultural misalnya, pertama gangguan dalam hubungan asmara, hubungan samara yang gagal dapat menimbulkan depresi yang memungkinkan tindakan bunuh diri. Kedua masalah dalam hubungan yang luas, dibesarkan oleh orang tua yang sadis dapat pula menyebabkan seseorang membangun pola hubungan yang dicirikan dengan kontrol dan luka emosional. Ketiga hura-hura politik atau sosial bahkan pada level yang relatif lokal dapat memunculkan emosi dari kecemasan yang menganggu hingga ketakutan yang tak tertahankan. keempat diskriminasi terhadap kelompok sosial seseorang terutama kaum minoritas baik yang menyangkut ras, budaya, orientasi seksual, atau kecacatan.[2]

Coleman (1984) membahas beberapa perspektif penyebab tingkah laku abnormal dengan membedakan antara penyebab primer, penyebab predisposisi, penyebab yang mencetuskan dan penyebab yang menguatkan (reinforcing).
a.       Penyebab primer adalah kondisi yang harus dipenuhi agar suatu gangguan dapat muncul, meskipun dalam kenyataan gangguan tersebut tidak atau belum muncul. Contoh dalam bidang psikologi adalah kecemasan yang terjadi ketika seorang anak masih kecil. Ini merupakan penyebab primer yang harus ada untuk terjadinya suatu gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku, meskipun perilaku menyimpang itu belum tentu dalam kenyataanya akan benar-benar terjadi.
    b.      Penyebab predisposisi adalah keadaan sebelum munculnya suatu gangguan yang merintis kemungkinan terjadinya suatu gangguan di masa yang akan datang. Misalnya sifat tertutup dapat merupakan predisposisi gangguan perilaku menghindar di kemudian hari.
     c.       Penyebab yang mencentuskan ialah suatu peristiwa yang sebenarnya tidak begitu parah namun seolah-olah merupakan sebab timbulnya perilaku abnormal itu, padahal sebenarnya telah ada predisposisi sebelumnya. Misalnya, seorang yang sejak lama sudah banyak memendam frustasi (predisposisi), setelah terjadinya suatu peristiwa sepele (peristiwa pencetus) mengalami gangguan jiwa.
   d.      Penyebab yang menguatkan (reinforcing) ialah peristiwa yang terjadi pada seseorang yang memantapkan suatu keadaan atau kecenderungan tertentu, yang telah ada sebelumnya. Misalnya seorang yang sudah dendam pada sekelompok suku tertentu diberi informasi yang mendukung rasa dendam itu.

2.      Faktor-Faktor penyebab perilaku Abnormal menurut islam
Ada dua faktor penyebab perilaku abnormal menurut islam, yaitu faktor internal dan eksternal:
     a.       Faktor internal.
Seseorang yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi, dalam hal ini akan dapat memperoleh ketenangan dan ketentraman batin dalam hidupnya. Apabila ia menghadapi suatu problematika hidup, ia menghadapinya dengan sabar dan tidak mudah putus asa karena sebenarnya dalam diri manusia yang beriman, tidak terjadi putus asa atau yang sifatnya merugikan.
Sikap yang diambil seseorang dalam menghadapi problematika hidup, juga berpengaruh terhadap kesehatan mental. Bagi orang yang beragama, kesukaran atau bahaya sebesar apapun yang harus dihadapinya, dia akan waras dan sabar, karena dia merasa bahwa kesukaran dalam hidup itu merupakan bagian dari cobaan Allah terhadap hamba-Nya yang beriman. Dia tidak memandang setiap kesukaran dan ancaman terhadap dirinya dengan cara yang negatif, tetapi sebaliknya melihat bahwa di celah-celah kesukaran itu terdapat harapan-harapan. Dia tidak akan menyalahkan orang lain atau mencari sebab-sebab negatif pada orang lain
Dengan beriman dan bertakwa, manusia mampu bersikap tenang dan sabar dalam menghadapi problema hidup dan mampu berfikir secara seimbang serta kondisi kejiwaannya penuh dengan ketentraman dan kedamaian karena selalu mengingat Allah. Menurut Ustman Najati, mengingat Allah yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah ingat kepada Allah yang dapat menimbulkan perasaan tenteram dan tenang. Di dalam jiwanya tidak ada perasaan bersalah. Ini merupakan terapi bagi kegelisahan yang dirasakan manusia ketika ia merasa lemah dan tidak punya penyangga serta penolong dalam menghadapi berbagai tekanan dan masalah kehidupan.[3]
b.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang, seperti keadaan ekonomi, kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan dan sebagainya.
Sebenarnya faktor internal itu lebih dominan pengaruhnya dibandingkan dengan faktor eksternal. Hal ini sesuai dengan pendapat Daradjat (1982: 15), bahwa sesungguhnya ketenangan hidup, ketenangan jiwa atau kebahagiaan batin itu tergantung dari faktor ekonomi, adat kebiasaan dan sebagainya. Akan tetapi lebih tergantung pada cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.

            C.    MODEL REHABILITASI PERILAKU ABNORMAL
1.      Model rehabilitasi menurut pendapat umum
                               a.            Psikoterapi
Psikoterapi (psychoterapy) adalah suatu interaksi sistematis antara klien dengan terapis yang menyertakan prinsip-prinsip psikologis untuk melakukan perubahan pada perilaku, pikiran, dan perasaan klien, dengan tujuan untuk membantu klien mengatasi perilaku abnormal, memecahkan masalah dalam kehidupan, atau berkembang sebagai individu.
1)      Terapi Psikodinamika.
Terapi psikodinamika berasal dari psikoanalisis, yaitu pendekatan penanganan yang dikembangkan oleh Freud. Psikoanalisis menggunakan teknik-teknik seperti asosiasi bebas dan analisis mimpi untuk membantu orang-orang memperoleh insight tentang konflik bawah sadar mereka dan mengatasinya berdasarkan kepribadian dewasa. Tujuannnya lebih pada menggantikan perilaku defensif dengan perilaku yang lebih adaptif.. Terapi psikodinamika masa kini biasanya lebih singkat dan lebih terarah dalam pendekatannya menggali mekanisme pertahanan diri dan hubungan transference klien.
2)      Terapi Perilaku.
Terapi perilaku menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk membantu mereka melakukan perubahan perilaku adaptif. Teknik terapi perilaku mencakup desensitisasi sistematis, pemaparan bertahap, modeling, pendekatan operant conditioning, dan pelatihan keterampilan sosial. Terapi kognitif behavioral mengintegrasikan pendekatan behavioral dan kognitif dalam penanganan.
3)      Terapi Humanistik.
Terapi humanistik memfokuskan pada pengalaman subjektif dan kesadaran klien pada saat ini. Terapi terpusat individu dari Roger membantu orang-orang untuk menigkatkan kesadaran dan penerimaan terhadap perasaan dari ddalam yang dihukum secara sosial dan tidak diakui. Terapis terpusat individu yang efektif memiliki kualitas-kualitas penerimaan ositif tanpa syarat, empati, ketulusan dan kongruen.
4)      Terapi Kognitif.
Terapi kognitif berfokus untuk memodifikasi kognisi maladaptif yang dipercaya mendasari masalah emosional dan perilaku self-defeating. Ada dua pendekatan dari terapi kognitif:
a)      Terapi perilaku rasional emotif.
Terapi ini berfokus untuk menyanggah keyakinan irrasional yang menyebabkan distres emosional dan menggatinya dengan perilaku dan keyakinan yang adaptif.
b)      Terapi kognitif dari Beck.
Terapi ini berfokus untuk membantu klien mengidentifikasi, menantang, dan mengganti kognisi yang terdistorsi, seperti kecenderungan untuk membesar-besarkan kejadian negatif dan mengecilkan pencapaian pribadi.
5)      Terapi Kognitif-behavioral.
Terapi kognitif-behavioral adalah bentuk yang lebih luas dari terapi perilaku yang mengitegrasikan teknik-teknik kognitif dan behavioral dalam penanganannya.
6)      Terapi Elektrik
Suatu pendekatan psikoterapi yang menggabungkan prinsip-prinsip atau teknik-teknik dari berbagai sistem teori.
Ada dua bentuk utama dari terapi elektrik:
a)      Elektrik teknik : pendekatan pragmatis yang mengambil teknik-teknik dari aliran tetapi berbeda tanpa merasa perlu menggunakan posisi teoretis yang diwakili aliran-aliran ini.
b)      Elektrik integratif : suatu pendekatan yang mencoba mempersatukan dan mengintegrasikan pendekatan teoritis berbeda dalam satu model terapi integratif.
7)      Terapi Kelompok, Keluarga, dan Perkawinan.
a)      Terapi kelompok : terapi yang menggunakan metode sebuah kelompok yang anggotanya terdiri dari para klien bersama dengan seorang terapis. Terapi ini memberi kesempatan untuk saling mendukung dan berbagi pengalaman belajar di dalam kelompok untuk membantu individu mengatasi kesulitan psikologis dan mengembngkan perilaku yang lebih adaptif.
b)      Terapi keluarga : terapi dimana keluarga (bukan individu) yang menjadi unit penanganan. Terapi keluarga memfokuskan pada klarifikasi komunikasi keluarga, mengatasi konflik peran, menghindari adanya kambing hitam dari anggota keluarga dan membantu anggota keluarga mengembangkan otonomii yang lebih besar.
c)      Terapi pasangan : terapi yang berfokus pada pemecahan konflik pada pasangan yang mengalami stress.

                              b.            Terapi Biomedis.
Dalam psikiatri Amerika berkembang penekanan terhadap terapi biomedis, khususnya pada penggunaan (juga disebut obat psikotropika). Terapi biomedis biasanya dilakukan oleh dokter medis, banyak diantara mereka yang mengikuti pelatihan spesialisasi dalam psikiatri atau psikofarmakologi.
Terapi biomedis utama adalah terapi obat dan terapi elektrokonvulsif (ECT). Obat-obatan antikecemasan seperti Valium, dapat mengatasi kecemasan jangka pendek, tetapi tidak secara langsug membantu orang untuk memecahkan masalah mereka atau mengatasi stress. Atipsikotik membantu mengontrol simtom psiotik yang menonjol, tetapi penggunaaan obat-obatan ini diasosiasikan dengan risisko efek samping serius. Antidepresan dapat mengurangi depresi dan Litium membantu menstabilkan perubahan mood pada orang-orang  dengan gangguan bipolar. ECT sering mengarah pada pembahasan dramatis dari depresi. Psyhosurgery telah nyaris hilang sebagai bentuk penanganan karena konsekuensinya.

                               c.            Hospitalisasi dan perawatan  berbasis komunitas.
                        Rumah sakit jiwa memberikan penanganan lingkungan yang terstruktur untuk orang-orang dalam krisis akut dan bagi mereka yang tidak dapat beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat. Pusat kesehatan mental komunitas berusaha mencegah munculnya kebutuhan untuk hospitalisasi psikiatrik dengan menyediakan layannan intervensi dan alternatif dari hospitalisasi penuh.

2.      Menurut pendapat Islam
       Rehabilitasi abnormal seperti halnya yaitu:
a.       Dengan cara di rukiah yaitu dengan cara menghilangkan dan menyadarkan dengancara membacakan ayat-ayat Al-Qur’an.
b.      Rehabilitasi dengan cara di pondok pesantren agar individu yang terkena masalah dapat menghilangkan atau bisa melupakan masalahnya
c.       Dengan cara rutin membaca Al-Qur’an
Yang dimaksud adalah biar hati menjadi tenang sehingga dapat melupakan permasalahan yang dihadapinya.

Daftar Pustaka
`          
Nevid S Jeffrey, Rathrus A Spencer,Greene Beverly. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta :. Erlangga.
Richard P. Halgin dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Yogyakarta : Salemba Humanika.
http : //Nuruladzkiyah.blogspot.com/ diakses pada tanggal 10 Februari 2017 pukul 10.00 WIB








[1] Jeffrey S. Nevid, Psikologi Abnormal, jilid 1, edisi 5, (Jakarta :. Erlangga, 2003),  hal. 4.
        [2] Richard P. Halgin dkk, Psikologi Abnormal, jilid 1, edisi 6, (Yogyakarta : Salemba Humanika, 2006), hal.9.
[3] Nuruladzkiyah.blogspot.com diakses pada tanggal 10 Februari 2017 pukul 10.00 WIB

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

 

Subscribe to our Newsletter

Contact our Support

Email us: Support@templateism.com

Our Team Memebers